Muḥammad ibn ‘Alī ibn Muḥammad ibn Aḥmad ibn ‘Abdillāh Al-Ḥātimī Aṭ-Ṭā’ī atau yang sering dikenal dengan sebutan Asy-Syaykh Al-Akbar Muḥyiddīn Ibn Al-‘Arabī ra. lahir di Mursia, Andalusia (Murcia di Spanyol sekarang) pada malam Senin tanggal 17 Ramaḍān tahun 560 H/1165 M. Ia adalah keturunan Ḥātim Aṭ-Ṭā’ī (w. 578 M.), seorang penyair dari Bani Ṭayy yang terkenal akan kedermawanan dan kekesatriaannya. Bani Ṭayy adalah suku asli Yaman yang bermigrasi ke pegunungan Arab sebelah utara lalu berkembang menjadi salah satu suku terbesar di jazirah Arab. Kemudian pada awal-awal penaklukan Islam, sebagian dari mereka bermigrasi ke Andalusia.
Ayah Syaikh Ibn Al-‘Arabī ra. adalah seorang pegawai pemerintah yang membantu Muḥammad bin Sa‘d bin Mardanīsy, penguasa Mursia kala itu. Keluarga beliau memiliki kedudukan sosial yang tinggi, karena paman dari pihak ibunya adalah seorang penguasa di Tlemcen, Algeria, dan beliau sendiri memiliki hubungan yang baik dengan beberapa raja setempat pada masa akhir hayatnya. Ketika dinasti Almohad menguasai Mursia (567/1173), keluarga beliau pindah ke Seville, di mana ayah beliau kembali menjadi pembantu pemerintah dan Syaikh Ibn Al-‘Arabī ra. sendiri sempat diangkat sebagai sekretaris oleh seorang gubernur.
Tahun 590/1193, pada usia tiga puluh tahun, Syaikh meninggalkan Andalusia untuk pertama kalinya dan pergi ke Tunisia. Tujuh tahun selanjutnya, sebuah visi menginstruksikan untuk pergi ke timur. Beliau pergi haji ke Mekkah tahun 599/1202, dan dari sana mengadakan perjalanan meluas ke daerah-daerah pusat Islam. Menetap beberapa waktu lamanya di Mesir, Irak, Suriah dan Rum (Turki saat ini), namun tidak pernah pergi ke Iran. Tahun 620/1223, beliau menetap di Damaskus beserta beberapa orang murid hingga akhir hayatnya pada tahun 638/1240.
Syaikh Ibn Al-‘Arabī ra. menghabiskan masa hidupnya dengan belajar, menulis, dan mengajar. Di saat yang sama, beliau juga terlibat dalam kehidupan sosial dan politik di masyarakat. Beliau memiliki hubungan yang baik dengan sekurang-kurangnya tiga raja setempat yang salah satu di antaranya menguasai dengan baik karya-karyanya. Dalam sebuah dokumen tahun 632/1234, Ijāzah li al-Malik al-Muẓaffar, Syaikh memberi izin kepada Ayyubbid Muẓaffaruddīn Mūsā, yang berkuasa di Damaskus antara tahun 627/1229-30 sampai 635/1238, untuk mengajarkan seluruh karyanya yang menurut beliau sendiri berjumlah 290 karya. Dalam dokumen yang sama, Syaikh menyebutkan nama 90 orang guru ilmu-ilmu agama yang beliau pernah belajar kepada mereka.